Sebelum lebih jauh, saya ingin menggarisbawahi judul di atas, catatan ringan ini adalah ‘berbagi cerita’, bukan ‘membandingkan’. Karenanya, jika anda kebetulan membaca tulisan ini, saya pastikan anda tak akan menemukan komparasi penilaian atas sekolah satu dengan sekolah lain. Pasalnya, saya sadar betul tidak mempunyai kapasitas ataupun legitimasi untuk membandingkan sekolah anak saya di kota Hamilton dengan sekolah di tempat lain. Selain itu, saya juga yakin bahwa setiap daerah mempunyai konteks yang unik, sehingga cukup sulit bagi saya menarik kesimpulan jika pemahaman di masing-masing konteks tidak memadai. Kembali ke soal pengalaman sekolah anak saya di negeri Kiwi. Dua hal saja yang hendak saya ilustrasikan di sini, yaitu perihal zonasi dan pendekatan sekolah terhadap peserta didik. Hal pertama, tentang zonasi. Sebagaimana kota-kota lain di Selandia Baru, kota Hamilton juga menerapkan sistem zonasi dalam penerimaan siswa peserta didik. Pembagian zona didasarkan pada distri...
Indonesian Students Association in Hamilton, New Zealand